Zoran sedang menyapu jalan ketika dilihatnya aleron dijembatan antar-awan. Sahabat mudanya itu sedang termenung.
“Aleron,kenapa kau?”
Aleron menoleh. Tersenyum melihat Zoran. Mantan penjual susu yang dihukum melayani masyarakat. Zoran tampak kurus, tapi wajahnya berseri-seri. Dia menjadi awan tua yang terkenal bijaksana sekarang.
“Zoran, aku bingung,” kata Aleron. “Moira,temanku minta pendapat.”
Moira menunjukan baju barunya yang berwarna oranye. “Aleron,kau paling jujur di negeri awan,” kata Moira. “Katakan, bagaimana aku dengan baju ini?”
“kau seperti jeruk Moira”
Moira ternganga. Lalu cemberut dan berlari masuk. BLAM! Pintu dibantingnya. Seharian Moira tidak pernah menyapanya lagi.
“Aku sudah memberikan pendapat jujur. Kenapa Moira marah?” Aleron menutup ceritanya.
Zoran menjadi geli. “Aleron, pendapatmu terlalu jujur”.
“jadi, aku harus berbohong?”
“tentu saja tidak. Kau perlu menyatakan pendapat dengan kaa-kata yang baik. Agar Moira tidak salah paham, cobalah.”
Aleron melihat Moira dijendela. “Moira, maksudku kau seperti jeruk manis.”
Moira menutup jendela.
Aleron berteriak. “jeruk manis di musim kemarau.”
Moira tidak menanggapi.
Aleron berlari ke pasar dan membeli sekeranjang jeruk. Diketuknya pintu Moira. “Ini untukmu. Tolong, jangan marah lagi.”
Aleron membungkuk. “Maaf”
Ajaib. Satu kata itu langsung melunturkan kemarahan Moira. Dia tersenyum. “Aleron, aku kan langsing. Tidak bulat seperti jeruk.”
Aleron mengangguk. Dia lega, moira Cuma salah paham. Karena menurut Aleron, jeruk itu manis dan menarik. Tapi itu sudah tidak penting lagi. Mereka membawa sekeranjang jeruk itu ketempat Zoran. Dan menikmatinya bertiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar