"Ingat, jangan bilang siapa-siapa!” bisik Andri.
“Iya iya. Kau sudah bilang itu 10 kali” sahut Ofar, sepupunya. Mereka lalu masuk kelas masing-masing.
Andri masih khawatir. Dikelas, dia sulit berkonsentrasi. Jangan-jangan, Ofar sedang menceritakan itu kepada teman-temannya. Oh, memalukan sekali. Belum pernah dia mengalami itu lagi sejak di playgroup. Sialnya, tepat ketika Ofar sedang menginap dirumah. Ohh.
“Aku saudaramu,” kata Ofar semalam. “Aku tak akan bilang siapa-siapa. Aku tahu, kau malu. Sudahlah, lupakan saja.”
Tapi Andri tak bisa lupa. Dia takut, kecelakaan itu akan terjadi lagi nanti malam. Besok malam, dan seterusnya. Bagaimana kalau dia sedang menginap di rumah Ofar? Tante mungkin tidak keberatan. Tapi kalau dirumah teman lain? Atau kalau sedang kemping? Apa kata teman-teman?
Waktu istirahat membuatnya lega. Dia akan mencari Ofar, untuk memastikan saja.
Ofar tidak tampak dikelasnya. Mungkin ditempat bermain.
“Hei, Andri!” panggil Hanif dari TK besar. “Aku mau Tanya. Kamu masih mengompol?”
Andri terbelalak. Rasanya seperti disiram air es, pasti Ofar!
Hanif meringis. “Ya sudah, kalau tidak mau jawab.”
Andri berlari ke kelasnya sendiri. Tak mau menengok kanan kiri. Anak-anak yang tertawa pasti sedang meledeknya. Ingin rasanya dia menangis.
Ofar malah ada di bangku Andri. Sedang bercerita kepada teman-teman sambil tertawa-tawa. Andri merasa dadanya sesak. “Ofar!” teriaknya. Lalu ditariknya Ofar kesudut.
“Ada apa sih?” Ofar berusaha melepaskan genggaman Andri. “kau kenapa?”
Andri kehilangan kata-kata saking marahnya.
Saat itu Hanif masuk dan mengajukan pertanyaan yang sama pada setiap anak. “Kamu masih mengompol?”
Beberapa anak menggeleng. Beberapa mengangguk dan tertawa. “Sesekali-kali. Kalau lupa pipis dulu sebelum tidur.”
“Aku masih mengompol,” kata Hanif, tanpa malu-malu. “Aku sudah ke dokter. Tapi kata dokter, itu karena ginjalku belum terlatih. Aku ingin tahu cara melatihnya. Kamu tahu?”
Andri melepaskan tangan Ofar. “Maaf” katanya. Dia tahu sekarang Ofar tidak membuka rahasianya. Ofar mengangguk dan merangkulnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar