Senin, 10 Mei 2010

GANGGUAN BELAJAR

Disleksia (gangguan membaca)


DEFINISI

Disleksia adalah gangguan membaca tertentu meliputi kesulitan memisahkan kata-kata tunggal dari kelompok kata dan bagian dari kata (phonemes) dalam setiap kata.

Disleksia adalah jenis tertentu dari gangguan belajar yang mempengaruhi diperkirakan 3 sampai 5 % anak-anak. Teridentifikasi lebih pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan : bagaimanapun, bisa dengan mudah tidak dikenali lebih sering pada anak perempuan. Disleksia cenderung menurun dalam keluarga.

PENYEBAB

Disleksia terjadi ketika otak kesulitan membuat hubungan antara suara dan symbol (hurup). Kesulitan ini disebabkan oleh masalah kurang mengerti dengan hubungan otak tertentu. Masalah itu ada sejak lahir dan bisa menyebabkan mengeja dan menulis salah dan mengurangi kecepatan dan ketepatan ketika membaca dengan suara keras. Orang dengan diseleksia tidak memiliki masalah memahami bahasa yang dibicarakan.

GEJALA

Anak belum sekolah dengan disleksia bisa jadi terlambat bicara, memiliki masalah artikulasi berbicara, dan mempunyai kesulitan mengingat nama-nama huruf, angka, dan warna. Anak disleksia sering kesulitan memadukan suara, irama kata, mengenali letak suara pada kata, segmenting kata-kata ke dalam bunyi, dan mengenali bunyi huruf pada kata. Keterlambatan atau keragu-raguan dalam memilih kata-kata. Membuat kata pengganti, menamai angka dan gambar adalah indikasi awal disleksia. Masalah dengan daya ingat jangka pendek untuk suara dan untuk meletakkan suara pada perintah yang tepat sering terjadi.

Banyak anak dengan disleksia bingung dengan hurup dan kata yang serupa. membalikkan huruf ketika menulis-sebagai contoh, on diganti menjadi no, dan saw diganti menjadi was-atau huruf yang membingungkan-sebagai contoh, b diganti menjadi d, w diganti menjadi m, n diganti menjadi h-sering terjadi. Meskipun begitu, banyak anak tanpa disleksia akan membalikkan hurup pada waktu taman kanak-kanak atau tingkat pertama.<>

DIAGNOSA
Diagnosa Dyslexia melibatkan evaluasi medis, kognitif, proses sensorik, faktor pendidikan dan psikologis. Dokter Anda mungkin bertanya tentang sejarah perkembangan dan medis anak Anda serta sejarah medis keluarga Anda.

Dokter Anda mungkin juga menyarakan anak Anda menjalani:

  1. Evaluasi visi, pendengaran dan neurologis. Evaluasi ini dapat membantu menentukan apakah gangguan lain mungkin menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk kekurangmampuan membaca anak Anda.
  2. Tes psikologi. Hal ini dapat membantu menentukan apakah masalah sosial, kecemasan atau depresi dapat membatasi kemampuan anak Anda.
  3. Evaluasi pendidikan keterampilan. Anak Anda mungkin mengambil satu set tes pendidikan dan memproses kualitas keterampilan membaca nya dianalisa oleh ahli.

PENGOBATAN

Pengobatan terbaik untuk mengenali kata adalah pengajaran langsung yang memasukkan pendekatan multisensori. Pengobatan jenis ini terdiri dari mengajar dengan bunyi-bunyian dengan isyarat yang bervariasi, biasanya secara terpisah dan, bila memungkinkan, sebagai bagian dari program membaca.

Pengajaran tidak langsung untuk mengenali kata juga sangat membantu. Pengajaran ini biasanya terdiri dari latihan untuk meningkatkan pelafalan kata atau pengertian membaca. Anak-anak diajarkan bagaimana memproses suara-suara dengan menggabungkan suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, dengan memisahkan kata-kata ke dalam bagian-bagian, dan dengan mengenali letak suara pada kata.

Pengajaran component-skill untuk mengenali kata juga sangat membantu. Hal ini terdiri dari latihan menggabung suara-suara ke dalam bentuk kata-kata, membagi kata ke dalam bagian kata , dan untuk mengenali letak suara pada kata.

Pengobatan tidak langsung, selain untuk mengenali kata, kemungkinan digunakan tetapi tidak dianjurkan. Pengobatan tidak langsung bisa termasuk penggunaan lensa diwarnai yang membuat kata-kata dan huruf-huruf bisa dibaca dengan lebih mudah, latihan gerakan mata, atau latihan penglihatan perseptual. Obat-obatan seperti piracetam juga harus dicoba. Manfaat pengobatan tidak langsung tidak terbukti dan bisa menghasilkan harapan tidak realistis dan menhambat pengajaran yang dibutuhkan.

http://medicastore.com/penyakit/3058/Disleksia_gangguan_membaca.html


Gangguan menulis (disgrafia)

Foto: Ist

GANGGUAN baca-tulis atau yang juga dikenal dengan disgrafia mencakup masalah menulis, mengeja dan menyusun kerangka berpikir saat pelajaran mengarang. Hal ini terjadi manakala keterampilan menulis anak jauh di bawah standar umur dan skor IQ-nya.

Sebuah penelitian di Amerika melaporkan, kasus kesulitan belajar yang terkait ketidakmampuan menulis (disgrafia) lebih banyak ditemui pada anak laki-laki. Berkebalikan dengan kesulitan membaca seperti disleksia yang telah banyak diteliti, penelitian tentang kesulitan menulis masih sangat minim, sehingga angka kasusnya juga tidak jelas.

Pada penelitian terbaru yang melibatkan lebih dari 5700 anak, diketahui bahwa sekitar 7-15 persen dari jumlah tersebut mengalami gangguan baca-tulis semasa duduk di bangku sekolah. Persentase ini bervariasi, tergantung kriteria yang dipakai untuk mendiagnosis masalah ini.

Anak laki-laki kecenderungannya 2-3 kali lebih berisiko terdiagnosis ketidakmampuan membaca dibanding anak wanita, apa pun jenis kriteria diagnosis yang dipakai.

Demikian dituliskan Dr Slavica K Katusic dan koleganya dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, Amerika, pada laporan yang dimuat dalam jurnal Pediatrics. Hasilnya mengindikasikan bahwa kasus gangguan menulis sama lazimnya dengan kesulitan membaca.

Jika umumnya anak-anak dengan gangguan menulis juga mengalami kesulitan membaca, maka sekitar seperempatnya hanya mengalami gangguan menulis.

"Fakta bahwa kasus pada anak pria lebih sering terkena berdasarkan penelitian yang lampau dikarenakan anak wanita secara umum tampil lebih baik dalam tulisan tangan dan ekspresi tertulis," ujar Katusic.

Penelitian lanjutan diperlukan untuk menggali lebih jauh perbedaan kasus terkait gender tersebut, termasuk kemungkinan pengaruh genetik dan lingkungan.

Anak-anak dapat mengalami kesulitan baca-tulis atau beragam gangguan belajar lainnya di sekolah, dan jika memang terdiagnosis dengan gangguan tersebut.

http://lifestyle.okezone.com



Gangguan Matematika


Anak-anak sekolah seringkali begitu tegang menghadapi pelajaran matematika (mathematics anxiety) bahkan beberapa anak menjadi hilang kepercayaan diri. Kenapa matematika jadi pelajaran yang paling ditakuti anak sekolah?

Seperti dikutip dari Mathgoodies, Senin (15/3/2010) ada beberapa hal yang membuat anak-anak takut dengan pelajaran matematika, yaitu:

  1. Tidak suka dengan guru yang mengajarnya.
  2. Misal, gurunya suka marah-marah, galak atau memiliki wajah seram sehingga membuat anak-anak menjadi takut dan mengakibatkan dirinya sulit menerima pelajaran tersebut.
  3. Lebih banyak menggunakan angka-angka yang abstrak atau tidak nyata.
  4. Anak-anak belum sepenuhnya memahami untuk apa ia mempelajari angka-angka tersebut. Terlalu banyak menggunakan rumus sehingga terkadang membuat anak menjadi bingung.
  5. Anak-anak sudah sering mendengar bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, hal ini akan membuat anak-anak menjadi takut dan tidak tertarik dengan pelajaran tersebut.

Selain itu ketakutan yang sebenarnya dari pelajaran matematika adalah anak takut jika jawaban yang didapatkannya salah, karena jawaban yang salah berarti kegagalan sehingga anak dituntut untuk selalu bisa memberikan jawaban yang benar.

Padahal jawaban yang salah bukanlah suatu kegagalan, tapi justru bisa membuat anak lebih memahami konsep matematika dan menganalisis pikirannya.

Guru yang mengajar pun sebaiknya tidak langsung memarahi sang anak jika jawaban yang diberikan salah, karena tidak semua anak punya motivasi yang tinggi setelah dimarahi. Beberapa anak justru akan semakin takut dan membenci pelajaran tersebut.

Jika anak terlalu takut dengan matematika bisa memicunya memiliki gangguan matematika (mathematics disorder) yaitu kondisi dimana anak memiliki kemampuan matematika rendah atau di bawah kemampuan normal anak berdasarkan usia dan tingkat pendidikannya.

Anak yang memiliki mathematics disorder akan menemui kesulitan jika bertemu soal yang sederhana seperti penjumlahan.

Karena itu untuk membantu anak agar tidak takut dengan pelajaran matematika adalah mencari akar masalah dari ketakutannya seperti menghilangkan pikiran takut mengalami kegagalan, membuat anak terlibat aktif dalam pelajaran, menggunakan contoh benda sehingga anak-anak tidak terlalu abstrak dan mengubah pikiran anak mengenai pelajaran matematika.

Ada dua pendekatan yang dapat kita gunakan untuk mengatasi anak yang mengalami gangguan matematika (dyscalculia), yaitu : penanganan matematika yang intensif atau dengan mengambil jalan pintas.

Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, kita dapat melakukannya dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap dan ada juga anak yang lama menangkap. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem dyscalculia tersebut.

Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas : diberikannya kalkulator kepada anak yang mengalami dyscalculia. kalkulator dapat membantu anak tersebut untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dyscalculia tidak memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.

http://www.kaskus.us/showthread

Tidak ada komentar:

Posting Komentar